SEBUAH
SURAT: DARI MASA LALU
Oleh:
Ananda Musdalifah
Banyak
orang tidak menyadari betapa berartinya kehidupan yang mereka miliki. Banyak
orang tidak paham dan mengerti bahwa hidupnya ternyata teramat berarti dan
memberi inspirasi bagi orang lain. Sekecil apapun. Seremeh apapun. Sesederhana
apapun. Maka izinkanlah kisah ini tersampaikan. Bukan hanya seputar kisah cinta
anak sekolah berusia belasan, tetapi tersimpan juga beberapa hal menarik di
dalamnya. Jadi, mari kita kembali berpetualang ke dimensi masa lalu seseorang
beberapa tahun silam.
Namanya
Tasya. Satu dari ratusan siswa di sebuah sekolah menengah pertama. Gadis biasa
yang tidak terlalu cantik, tidak terlalu baik, tidak terlalu ramah, tidak
terlalu pintar, dan tidak terlalu lainnya. Usianya saat itu dua belas. Suka
mengkhayal, suka merangkai kata, tidak peka tapi suka memperhatikan sekitar.
Kombinasi yang aneh memang, tapi begitulah dirinya.
Tasya
berharap banyak di sekolah ini. Baginya ini adalah kesempatan untuk membuka
lembaran baru setelah satu tahun terakhir yang menyebalkan. Ia ingin memulai
segalanya jadi lebih baik. Meninggalkan berbagai kenangan buruk. Merasa
terbebas menjadi objek bully teman-teman SD kelas enamnya. Ia di-bully
karena siswa pindahan dari Jakarta, dibilang ‘sok kota’, tidak memakai
kerudung, kurang pandai agamanya, terlalu putih, dan selalu di-bully tukang
pinjam yang merepotkan karena sering telat membeli buku-buku pelajaran. Ia
selalu mendapatkan diskriminasi dari teman-temannya. Tidak ada satu pun
prestasi yang tertoreh di sana. Tidak pernah ada yang sudi berteman. Satu tahun
yang benar-benar kelam. Tasya juga tidak pernah bisa mengerti mengapa alasan
seperti itu dapat membuat seluruh teman seperti membencinya. Ia selalu ingin
bergegas pulang, merasa kecewa karena tidak berkembang dari segi apa pun di SD
itu. Tetapi, Tasya sungguh keliru. Di SD itu ia memang terlihat tidak
berkembang sama sekali. Tapi lihatlah di sekolah agamanya. Tasya cepat mengejar
ketertinggalan. Lebih rajin belajar Bahasa Arab, Tarikh Islam, Aqidah Akhlak,
Tahsin, Qur’an Hadits dan pelajaran lain yang tak pernah ia pelajari
sebelumnya. Awalnya memang buruk sekali, tapi lihatlah ada perubahan-perubahan
kecil dalam hidupnya yang mungkin tidak pernah ia dapatkan jika tetap berada di
Jakarta. Maka di SMP ini ia bertekad untuk bertransformasi menjadi ‘sosok
lain’. Bukan lagi objek bully teman-teman SD kelas enamnya. Ia akan
buktikan.
****
Di
suatu jam istirahat sekolah Tasya riang sekali. Akhirnya ia kembali merasakan
punya teman. Bisa bercerita, tertawa, dan melakukan banyak hal tidak penting
yang menyenangkan. Di jam istirahat itu pula Tasya tak sengaja bertemu
‘seseorang’ yang ia tak pernah menyangka esok lusa memberi pengaruh terhadap
salah satu lini kehidupannya.
Saat
itu Tasya sedang berdiri di pintu gerbang kedua sekolah, menunggu
teman-temannya yang masih asyik membeli makanan. Lama sekali. Sampai akhirnya
ia melihat seseorang itu melintas menuju kelas di pinggir lapangan. Awalnya
Tasya biasa saja, karena sedari tadi memang banyak siswa melintas. Tapi siswa
lelaki itu bolak-balik dari kelas di pinggir lapangan menuju area empat kelas
di sudut sebelah utara. Tasya yang bosan menunggu sekarang jadi tertarik
memperhatikan siswa itu. Menebak-nebak apa yang sedang diurusnya sampai
bolak-balik begitu. Sampai akhirnya, mungkin siswa itu merasa diperhatikan oleh
Tasya sejak tadi, lantas ketika melintas lagi ia menoleh ke arah Tasya lalu
tersenyum tipis, hampir tak terlihat tersenyum. Menyadari itu, Tasya hanya
mengangguk samar dan langsung balik badan ke luar gerbang melemparkan pandangan
mencari di mana teman-temannya berada. Itulah awal pertemuannya dengan
seseorang yang akan mempengaruhi sebagian kecil dari salah satu lini di
hidupnya.
****
Bersambung..
Jadi bagaimana kelanjutannya nih? Bikin penasaran, tapi masih prolog, hehehe
BalasHapusCeritanya menarik, kebetulan aku juga suka nulis cerita, mungkin kakak juga bisa mampir ke blog aku di tweetilmu
Halo Naufal. Salam kenal ya. Terima kasih sudah baca. Seneng banget. Ditunggu ya sambungan ceritanya. Lagi proses nulis lagi nih, tapi belum lanjutin yang ini hehe. Semangat juga buat nulis blognya.
Hapus5 tahun kemudian,Tasya sudah beranjak dewasa. Saat ini Tasya berada Di kutub utara bersama keluarga kecilnya membangun rumah iglo untuk meneliti Pigeon.
BalasHapusSalam Kenal Kakak Ananda Musdalifah ^_^
Jahahaha bisa aja. Baru liat nih btw. Makasii banyak sudah mampir. 🙌
HapusSalam kenal kak
BalasHapusHalo, salam kenal juga^^
Hapus