Di luar sana semilir angin malam bertiup.
Membuat dahan-dahan pohon bergerak melambai-lambai. Daun-daun kering ikut
bergerak tertiup angin, seperti menyanyikan orkestra melodi malam yang temaram.
Malam belum terlalu larut. Gadis itu masih
terjaga di dalam kamarnya. Masih menatap langit malam tanpa gugusan bintang dan
rembulan yang tersaput awan.
Tatapannya
tenang. Meski tak terulas senyum dibibirnya, air wajahnya terlihat begitu
syahdu. Gadis itu, entah apa yang sedang melintas dibenaknya, terlihat sedang
merangkai beragam kisah di alam pikirnya.
Mulai bosan menatap langit malam, ia
menyandarkan tubuhnya di kursi. Meraih beberap buku catatan bersampul coklat.
Menatapnya. Menghela nafas. Mengambil satu buku catatan. Mulai membuka
lembaran-lembarannya.
Senin, 8 Mei 2017
Aku
ingin punya teman baik. Kata orang-orang, manusia yang baik akan bertemu dengan
manusia yang baik pula.
Sebentar
lagi usiaku sempurna delapan belas. Tapi tak satupun kutemukan teman baik itu.
Ah, barangkali aku tidak termasuk golongan manusia yang dikatakan kebanyakan
orang.
Sebenarnya
akhir-akhir ini aku mulai sadar apa yang membuat orang-orang segan terhadapku.
Tetapi aku selalu benci soal itu. Benci pendapat itu.
Kita belum tahu siapa gadis itu. Belum tahu
siapa namanya. Belum tahu tentang dirinya. Belum tahu pula seperti apa hal
paling mengesankan dihidupnya.
Kita
belum tahu. Tapi lembaran-lembaran buku itu akan memberitahunya. Sepertinya
begitu.
Tapi
gadis itu memutuskan menutup buku yang dipegangnya malam ini. Sepertinya sudah
terlalu larut. Barangkali esok malam atau lusa gadis itu akan membukanya. Kita
akan segera tahu.
---Bersambung---
---Bersambung---
#OneDayOnePost
#ODOPBATCH5
#TANTANGAN1
Komentar
Posting Komentar