ARTIKEL LAMA



DARMAJI HANCURKAN EKSISTENSI DIRI


Darmaji adalah sebuah istilah singkatan yang berasal dari bahasa Sunda, yaitu "Dahar Lima Ngaku Hiji." Dimana kalimat ini memiliki arti, "Makan lima mengaku satu." Kata darmaji dipakai oleh masyarakat Sunda untuk menjuluki orang-orang yang berlaku bohong, curang, dan culas dalam pebuatannya. Awalnya, istilah darmaji ini hanya menjadi julukan orang-orang yang berbohong dalam skala kecil-kecilan, seperti hanya mengaku memakan satu kue padahal ia memakan lima. Tetapi seiring berjalannya waktu, julukan darmaji ini mulai dipakai untuk mwnjuluki perbuatan negatif yang setipe atau semakna dalam konteks lingkup yang lebih luas. Seperti memanipulasi data produk perusahaan, melakukan rekayasa pungutan liar, atau mengambil uang rakyat secara tidak halal yang biasa dikenal dengan korupsi.

Dari darmaji ini bisa kita amati bahwa perilaku negatif sekecil apapun skalanya, apabila ia dilakukan terus-menerus tentu akan menjadi suatu kebiasaan yang mendarah daging. Mengerikannya lagi jika perilaku buruk atau negatif itu telah bias menjadi hal yang lumrah dan normal saja. Sehingga orang yang seperti ini tidak lagi mempunyai rasa malu dan bersalah walau telah melakukan perbuatan yang tidak terpuji.

Perlu kita ketahui bahwa pembentukkan suatu karakter pada diri seseorang sebagian besar dipengaruhi oleh apa yang sering dilakukannya atau yang telah menjadi kebiasaannya. Sederhananya, secara ilmiah manusia itu dilengkapi dengan berbagai organ penerima respon dari luar yang akan mempengaruhi baik-buruk perilaku dan tingkah laku manusia tersebut dengan indera. Ada lima indera dengan fungsi masing-masing. Respon yang ditangkap oleh indera akan dibawa sel syaraf menuju korteks otak. Di korteks otak sendiri -sebagai bank memori- akan terjadi proses analisis yang sangat mempengaruhi bentuk reaksi manusia akan respon tersebut. Maka bisa kita bayangkan jika setiap perilaku, respon, ataupun reaksi kita selalu berbentuk perilaku yang tidak terpuji seperti selalu berbohong, maka memori yang tersimpan di dalam otak kita itulah yang akan membentuk karakter kita.

Jika watak 'darmaji' ini telah mendarah daging dan menjadi karakter seseorang, tentu akan sangat berbahaya. Tidak hanya berbahaya untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk masyarakat luas. Dikhawatirkan pula watak darmaji dalam skala besar akan menimbulkan patologi sosial. Karena virus perilaku buruk mudah sekali menyebar dalam waktu yang singkat.

Seperti yang telah dibicarakan sebelumnya, darmaji ini juga dapat dimaknai dengan perilaku yang setipe. Kita ambil contoh dalam dunia pendidikan, yaitu kerap kali terjadi manipulasi nilai, baik itu dari pihak siswa ataupun pihak guru. Sudah menjadi hal yang lumrah jika nilai ulangan dikoreksi bersama, -bukan oleh guru- entah dengan alasan sang guru begitu sibuk atau hanya sekedar malas. Hal ini seringkali dimanfaatkan beberapa siswa untuk mendapat nilai yang bagus dengan cara yang picik. Seperti  membenarkan jawaban yang seharusnya salah, ataupun memberitahukan nilai koreksi yang tidak sebenarnya saat guru hendak menginput hasil koreksi ke dalam daftar nilai. Adapun dipihak tenaga pendidik seringkali terjadi hal serupa. Agar sekolah tidak malu dengan hasil murni para siswanya, biasanya terjadi pendongkrakkan nilai secara besar-besaran. Entah dengan dasar sengaja atau terpaksa. Mirisnya, ini pun dilakukan sekolah-sekolah elite untuk menjaga eksistensi dan nama baiknya. Padahal instansi pendidikan seharusnya mencontohkan sistem yang murni dan terpuji. Sehingga instansi pendidikan mampu mencetak generasi muda yang tidak hanya kompetetitif tetapi tetap menjunjung tinggi sifat sportif yang tidak hanya mementingkan gengsi dan eksistensi diri dengan menerapkan watak darmaji yang tidak terpuji.

Kata darmaji dikalangan masyarakat Sunda boleh jadi hanya julukan atau sindiran untuk orang-orang yang berbohong perkara makanan. Tetapi kita orang-orang berpendidikan yang memiliki daya intelektual dan bermoral sudah sepantasnya bersikap jauh lebih bijak. Bukankah kejujuran adalah fondasi terbentuknya karakter masyarakat yang madani?

#OneDayOnePost
#ODOPBATCH5

Komentar

Posting Komentar