Pengalaman Menjadi Duta Bahasa
Oleh: Ananda Musdalifah
Foto Pertama Saya dan Wirawan saat ternobatkan sebagai Terbaik I Duta Bahasa Provinsi Banten |
Slogan ini saya buat ketika menjadi Finalis Duta Bahasa Provinsi Banten. Bagi saya, mengikuti ajang ini bukan sekedar berkompetisi dan mencari eksistensi belaka. Lebih dari itu, saya banyak belajar betapa bahasa sangat berarti bagi sebuah bangsa sebagai identitas, ideologi, dan jati diri. Bahasa pula yang menyatukan dan mempererat kebinekaan Indonesia. Kecintaan saya terhadap bahasa menuntun saya mengikuti ajang Pemilihan Duta Bahasa Provinsi Banten 2018.
Menghadiri Malam Puncak Mister Banten 2018 |
Ajang ini terbilang cukup bergengsi karena diikuti oleh putra dan putri terbaik Banten. Banyak di
antaranya yang merupakan Duta Jurusan, Duta Fakultas, atau pun Duta Universitas
masing-masing, bahkan tak sedikit pula yang telah menjadi duta di bidang
lainnya. Pengalaman tersebut pasti menjadi pegangan mereka mengikuti ajang
ini. Tetapi jangan minder atau patah semangat, Kawan. Saya hanya bermodalkan tiga
aspek saja; Iseng, Percaya Diri, dan Menyukai Bahasa. Tetapi siapa sangka, keisengan
yang berani ini menakdirkan saya menjadi Terbaik I Duta Bahasa Provinsi Banten
2018, bahkan ternobatkan sebagai Juara Harapan IV Duta Bahasa Nasional 2018 bersama
rekan saya, Wirawan. Inilah cerita salah satu pencapaian tak terlupakan dalam
hidup saya.
Foto saat penugasan pertama |
Untuk menjadi Duta Bahasa Banten, saya harus melewati serangkaian seleksi. Pertama adalah seleksi administrasi, meliputi kelengkapan berkas dan membuat esai yang bertema "Program Pemertahanan Bahasa dan Sastra di Banten".
Kedua, setelah
didapatkan 25 pasang putra dan putri kami mengikuti proses seleksi di Hotel Le
Semar, Serang. Seleksi tersebut memiliki beberapa tahapan dan bersifat
eliminasi yang meliputi; Wawancara Grup, Tes UKBI (Uji Kemahiran Berbahasa
Indonesia), Wawancara Individu, Presentasi Program Kebahasaan dan Kesastraan,
dan Penampilan Bakat. Ketika wawancara grup dan individu kami diuji wawasan
seputar Kaidah Bahasa Indonesia yang sesuai PUEBI atau EYD, keterampilan berbahasa
daerah dan berbahasa asing, keahlian dan pencapaian prestasi, wawasan budaya
Banten, serta penilaian penampilan dan kepribadian.
Berbicara mengenai UKBI, ini adalah kali pertama saya mengikutinya. Tes UKBI sama halnya seperti tes TOEFL, tapi dalam versi tata bahasa Indonesia. Hal itu saya jadikan tantangan untuk diri sendiri seberapa mahirkah bahasa Indonesia yang saya miliki sebagai orang Indonesia. Mengerjakan soalnya cukup tegang tapi menyenangkan, karena sudah pasti semua soalnya berbahasa Indonesia.
Kemudian ketika presentasi program kebahasaan dan kesastraan, saya mempresentasikan program ajuan "Satu Hari Satu Tulisan". Kebetulan program ini sudah langsung saya implementasikan dalam komunitas One Day One Post. Manfaatnya sangat saya rasakan untuk mengasah kemampuan menulis, menemukan gaya tulisan yang khas, melatih konsistensi, dan memperkaya wawasan dengan banyaknya informasi yang harus dibaca untuk bahan menulis.
Terakhir, di babak penyisihan lima besar saya
menampilkan bakat membaca puisi. Sebenarnya saya belum mempersiapkannya dengan
matang karena tak sama sekali berencana atau terpikirkan akan lolos sampai
sejauh ini. Saya justru berpikir akan langsung tereliminasi di babak awal. Namun, bukan hidup namanya kalau tidak mengejutkan. Akhirnya, saya membacakan sebuah puisi karya Putu Wijaya yang sebelumnya
pernah membuat saya meraih Juara Favorit Baca Puisi Tingkat Nasional 2017.
Seluruh
tahapan seleksi telah saya lalui dengan apa adanya. Ketika pengumuman saya benar-benar
tidak menyangka nama saya disebut sebagai Terbaik I Duta Bahasa Provinsi Banten
2018 dan berkesempatan mewakili Provinsi Banten di Ajang Pemilihan Duta Bahasa
Nasional 2018.
Foto kami di depan gedung LPKA Kota Tangerang saat survei |
Sebelum melanjutkan perhelatan di kancah nasional, saya dan Wirawan menjalankan program kebahasaan dan kesastraan yang berkonsentrasi pada peningkatan literasi. Program ini kami usung karena rasa kepedulian terhadap tingkat literasi Indonesia yang masih sangat rendah. Program ini kami beri nama Dengan Menulis Aku Bebas yang kami singkat menjadi "DEMI ABAS".
Program Demi Abas
kami tujukan untuk Anak Binaan Lapas Pria LPKA Kota Tangerang. Program ini
terwujud atas bimbingan pembina kami Ibu Anita Bachtiarwati dan akses menuju
LPKA Kota Tangerang dibantu oleh rekan Paguyuban Duta Bahasa Banten, Rina
Purnamasari, lalu saat eksekusi dan teknis pelaksanaannya dibantu oleh rekan-rekan paguyuban.
Kami menjadi juri pembacaan puisi karya anak-anak LPKA Kota Tangerang |
Di Program Demi Abas, kami memiliki target untuk membuat sebuah buku antologi yang berisi kisah mereka. Konten program ini adalah lokakarya dan praktik menulis mandiri. Di minggu pertama, kami memperkenalkan cara menulis, menumbuhkan ide, memotivasi diri untuk menulis, berlatih langsung menulis cerita dengan topik yang sudah ditentukan dan berlatih menulis puisi. Setelah pembekalan tersebut, kami memberikan satu buku agenda dan mereka diwajibkan untuk menulis satu hari satu tulisan selama satu minggu. Kemudian terakhir mereka juga diminta untuk membuat puisi yang bertemakan hal paling menyedihkan dalam hidup mereka. Hasilnya sungguh amat membanggakan sekaligus membuat hati yang membacanya terasa ngilu dan tersayat.
Dari tulisan itu kami seperti menyelami sekelumit kisah pilu mereka yang membuat kami semakin belajar untuk bersyukur atas segalanya. Mereka teramat menginspirasi. Raga mereka boleh saja terpenjara, tetapi hati, pikiran, kreativitas, dan masa depan gemilang mereka masih terbuka luas. Melalui tulisan ini, kami berharap mereka dapat merasakan sebuah arti lain dari kebebasan.
Foto sampul buku antologi anak-anak LPKA |
Akhirnya, program yang kami jalankan ini berhasil menciptakan sebuah buku Antologi Tulisan
Anak Binaan LPKA Kota Tangerang yang berjudul Doa di Balik Penjara. Buku ini
kami bawa untuk dipresentasikan di nasional. Kami pun tak menyangka Program
Demi Abas mendapat sambutan hangat dari dewan juri yang mengatakan program ini
amat berani dan unik. Tentulah kami sangat berharap Program Demi Abas dapat
bermanfaat dan menginspirasi seluruh pihak untuk berkontribusi meningkatkan literasi
di Indonesia.
Sesi pemotretan dalam rangka persiapan ke tingkat nasional |
Saat kami menerima pembekalan materi |
Pembekalan Materi seputar kebahasaan dan kesastraan serta pengalaman dari berbagai narasumber yang terdiri atas Pimpinan dan Staf Badan Pembinaan Bahasa, Tokoh Publik, serta Para Pakar dan Praktisi.
Penilaian yang menilai aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, penampilan, dan bakat.
Penilaian Keterampilan dilaksanakan melalui wawancara terhadap keterampilan berbahasa Indonesia, berbahasa daerah, dan berbahasa asing.
Penilaian Sikap dilakukan melalui wawancara dan pengamatan terhadap keselarasan penampilan fisik.
Kami menjadi Dalang dalam pertunjukan Tradisi Lisan Banten: Wayang Garing |
Terpilih sebagai 10 Besar Grand Finalis Duta Bahasa Nasional |
Selain itu, saat karantina kami juga berkesempatan melakukan beberapa kunjungan istimewa.
Pertama, kunjungan ke Gedung Kesekretariatan RI untuk menerima pembekalan materi Ideologi Pancasila dari Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila.
Beberapa momen yang terabadikan saat berkunjung ke Gedung Kesekretariatan RI |
Kedua, kunjungan ke Gedung Kemenristekdikti untuk menerima pembekalan materi Duta Bahasa sebagai Agen Perubahan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dari Menteri Pendidikan RI.
Mengabadikan momen bersama pasangan Duta Bahasa Jawa Barat, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Banten, dan Kalimantan Selatan |
Ketiga, kunjungan ke Gedung DPR/DPD RI untuk mengikuti langsung Pidato Kenegaraan Presiden RI dalam rangka HUT RI ke-73.
Kami turut serta sebagai tamu dan peserta upacara HUT RI |
Bersama seluruh finalis Duta Bahasa Nasional 2018 di Gedung DPR/DPD RI |
Tak lupa juga di sela-sela kegiatan yang sangat padat kami berinteraksi dengan peserta yang merupakan putra dan putri terbaik daerah di seluruh Indonesia. Kami saling bercerita, berbagi pengalaman, bersenda gurau, dan banyak kehangatan yang kami dapatkan dari saudara setanah air. Kami bercerita tentang keunikan bahasa, keberagaman suku dan budaya, serta adat dan kebiasaan setiap daerah. Mereka sosok yang amat menyenangkan. Rasanya kami seperti menemukan keluarga baru.
Keseruan kami di hari terakhir |
Bersama pasangan dari Sumatera Barat |
Bersama pasangan dari Maluku dan Kalimantan |
Bersama pasangan dari DKI Jakarta |
Katakanlah
Ajang Pemilihan Duta Bahasa Nasional ini adalah kompetisi, eksistensi, atau gengsi
untuk memperebutkan juara. Tetapi izinkan saya mengatakan sisi lainnya, bagi
saya berkesempatan mengikuti ajang ini adalah sebuah anugerah Tuhan terbesar.
Dari sini saya benar-benar paham arti indahnya keberagaman. Dari saudara
setanah air, saya seperti melihat miniatur Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
Saya melihat agungnya ciptaan Tuhan dengan beragam perbedaan bahasa, agama,
suku, adat dan budaya.
Maka
dalam hati saya mengatakan, benarlah kalimat itu, di sini saya menemukan salah
satu jawabannya, "Maka nikmat Tuhanmu manakah yang kamu
dustakan?".
Komentar
Posting Komentar