MARAH DITUJUKAN KEPADA SIAPA?
Oleh: Daswar Yusuf
Sumber: What's Hot Manfaat Daging Buah |
Suatu
ketika seorang suami membeli buah mangga sebagai buah tangan untuk keluarganya
setelah lama tak kunjung membawakan apa-apa. Betapa bahagia istri dan anaknya.
Dikupaslah buah mangga itu, tapi ternyata banyak ulatnya. Setelah dimakan,
rasanya pun masam dan tidak manis. Istri dan anaknya kecewa, marah, bahkan
anaknya mencela. Bertanyalah suami pada istri dan anaknya, “Kepada siapa marah, kecewa, dan cela
ditujukan? Apakah kepada penjual, pembeli, penanam, atau kepada pencipta buah
mangga?”
Sejenak terdiam
istri dan anaknya.
Apakah
kepada penjualnya? Jika penjual, sudah tentu ia ingin buah yang dijualnya
terdiri dari buah yang baik, segar, lagi manis.
Apakah
kepada pembelinya? Jika pembeli, sudah tentu ia ingin membeli dan mendapatkan
yang terbaik.
Apakah
kepada penanamnya? Jika penanam, sudah tentu ia juga ingin memanen buah yang
matang, segar, manis, dan tidak berulat lagi busuk.
Atau
apakah kecewa, marah, dan cela ditujukan kepada penciptanya?
Maka
bertakwalah kepada Allah dan harapkanlah ridho-Nya. Anak dan istrinya tersadar,
meluncurlah dari lisannya istigfar.
Sungguh,
setiap hari, jam, menit, bahkan detik kita senantiasa mengharapkan kehidupan
yang menyenangkan. Kita memimpikan kebahagiaan pada seluruh kehidupan di dunia
dan akhirat. Namun, saat ujian datang menjenguk atau hendak bermukim menemani
perjalanan hidup, bagaimanakah penerimaan kita? Bagaimana reaksi kita dalam
menghadapi segala cobaan yang seolah tak pernah putus?
Seperti
saudara kita di Palestina. Ridhokah mereka menerima ujian itu? Atau malah terus
menerus menyalahkan Sang Pemberi Ujian? Mungkinkah kita hanya bermuram durja
lantas berhenti berharap kepada-Nya?
Kita
seringkali ingin buah mangga yang manis rasanya. Seringkali ingin hidup bahagia
tanpa disapa ujian. Kita mendambakan kehidupan indah dan damai tanpa diganggu
oleh apapun yang mampu merobek manisnya hidup yang didambakan itu. Marahkah
kita jika ada yang mengusiknya? Pantaskah marah pada Sang Pencipta? Mampukah
marah pada Sang Pencipta yang berkuasa menghadirkan berbagai bencana dahsyat
dan kiamat seluruh alam semesta?
Maka
hadirkanlah pengorbanan yang disertai keteguhan hati berupa; tabah dan sabar.
Lantas kepada siapa marah
layak tertuju?
Editor: Ananda Musdalifah
Terimakasih sudah mengingatkan untuk tetap bersyukur, menurutku rasa syukur adalah hal utama dalam kebahagiaan. Seperti firman Allah swt dalam Al-Qur'an yang kurang lebih seperti ini "bersyukurlah maka akan aku tambah nikmat ku". Bahagia dan sukses selalu, salam.
BalasHapusSepakat sama kamu^^
HapusBersyukur adalah cara meraih nikmat-Nya, sementara memiliki kemampuan untuk bersyukur adalah bagian dari nikmat itu sendiri.
One of the healthy lifestyle is gratitude. So, let's make healthier life with gratitude.
Thanks for ur visit :)