PUISI KAMI

 

BARANGKALI, SENGAJA

Puisi Ananda dan Aditya

 



Aku tidak tahu harus menamainya apa. Kuikuti saja apa yang hendak waktu sampaikan padaku.

Kucup rayu pada topan dan singgasananya merayuku, sampai pada titik aku tak lagi berakal.

Malam ini tiba-tiba aku menjelma penyair paling melankolis yang risau,

sambil menghaturkan pujangga hikmat

dan mengaminkannya berulang-ulang;

untukmu.

Gelisah yang mengakar

Kasih tak bertakar

Asa tak bertepi

Asih tak bertapi                                                                     

Sulit sekali mengubah jalannya waktu, juga takdir yang diberikan beriringan denganmu. Lantas harus apa ketika menunggu?

Kini, aku seperti jelmaan gema tak bersua,

yang sembunyi dibalik ego kerdil praduga

Barangkali sengaja. Supaya lahir harap-harap cemas dalam pusara hati yang mengeras.

Barangkali sengaja. Supaya tenggelam saja dalam genangan kerinduan yang kian meninggi tak karuan.

Barangkali sengaja. Supaya terkapar dalam gulita seluruh deru ombak yang menggila pada benak.

 

Cikande, 18 Juli 2020

 

Komentar