PUISI AKHIR TAHUN 2019

Kabar Rumah Kita

Oleh: Ananda Musdalifah





Sahabat, bagaimana kabarmu?
Dari negeri bunga tulip yang pernah menggurat peristiwa di rumah kita
Kusapa tujuh puluh empat remah-remah sejarah
Kususuri memorial para pejuang yang membawaku pulang
Ingatanku mengembara ratusan kilometer
Menggapai kabar rumah yang mulai kehilangan almamater

Sahabat, bagaimana kabarmu?
Dari lalu lalang berita
Kudengar beragam ledakan menguap-udarakan keberagaman
Lidah dan jemari saling mengiris
Berlomba menyayat setajam keris
Sahabat,
Masih adakah 'Bhineka Tunggal Ika' dalam dekapan rumah kita?
Yang mendekap manusia di atas sajadah dengan lantunan surah
Yang mendekap jemaat kudus membaca Injil Matius
Yang mendekap pesemedi berdiam diri
Yang mendekap Jemaah Vihara melantunkan paritta
Aku percaya, dulu dan selamanya
Rumah kita tetaplah kemah bagi para pengembara
Bertukar sapa, menggemakan beragam doa dan puja

Sahabat, bagaimana kabarmu?
Selentingan kabar katanya ingin mengembalikan rumah kita ke orde baru?
Para aktivis menggelar pesta opini kritis, atas pola represif para elite di eksekutif dan legislatif
Rupanya sejumlah substansi pasal dapat memicu kontroversial
Sahabat,
Aku rindu menonton pertunjukan keluarga rumah kita yang pandai bermonolog
Tapi kini, aku lebih rindu mendengar tawa dalam sebuah dialog

Sahabat, jawab aku, bagaimana kabarmu?
Mengapa tak ada lagi wajah ramah dalam lukisan di beranda rumah kita?
Yang kusaksikan malah plastik berimpitan, membentuk gunung-gemunung yang limpung
Belum lagi muncul jerebu-jerebu1 di pekarangan kesayanganmu, yang dunia mengumpamakannya sebagai paru-paru
Sudah usaikah warna hijau pada rumah kita?
Yang membuat para tetangga tak pernah rela melepaskannya,
Mulai dari Si Kembar Petronas, Si Cerdik Sakura, sampai si Legendaris Bunga Tulip yang amat
betah bertandang ke rumah

Sahabat,
Secepatnya aku ingin pulang ke rumah
Aku merindukanmu, sebab ku yakin kau juga begitu
Mari kita kembalikan warna hijau yang teduh
Sebab di sana adalah bahagiaku
Lahir disaksikan krakatau tangguh
Sahabat,
Bagiku, rumah kita umpama sekotak pensil warna
Bimasakti dan Si Cantik Cenderawasih, menyatu bagai pelangi yang mendekorasi
Gado-gado, Bubur Manado, Reog Ponorogo kerap bertemu di Tondano
Sementara kita adalah Bima dan Srikandi khatulistiwa yang dipertemukan nusantara

Sahabat,
Dengan goresan pena
Aku hidupkan detak jantung setiap kata
Berharap tak ada abjad yang tertinggal kehilangan arah
Sahabat,
Dari negeri bunga tulip
Aku tak lagi mengintip
Sebab telah kujelajah indahnya peta nusantara
Yang membawaku pulang
Kembali ke rumah kita

Cikande, 10 November 2019






1. Jerebu dalam bahasa Melayu berarti debu, asap, atau partikel kecil yang mencemari udara
sehingga berwarna abu-abu.

Komentar

Posting Komentar